Sekelumit Wisata Touring

Touring? Berasa anak muda cabe-cabean ya sambil beboncengan sama pacar. Tapi bedanya, yang ini beboncengan halal.

Tristia Riskawati
6 min readSep 15, 2020
Dari kiri ke kanan foto: Opiq, Erna, Pak Irvan (suami), dan saya. (Foto oleh karyawan penginapan)

Saking berkesannya touring, saya berencana untuk menjadikannya sebagai agenda rutinan honeymoon saya dan suami.

Saya mengamini, suami istri perlu sesekali mengambil jeda untuk liburan sambil pacaran lagi. Bahkan ketika punya anak pun, perlu waktu proper liburan berdua saja di tiap tahunnya. Liburan di sini nggak perlu mahils, tapi berkualitas.

Di tanggal 13 hingga 15 Agustus 2020, saya dan suami ‘menemani’ honeymoon pasutri baru, Erna dan Opiq. Saya kenal Erna ketika kami berdua sama-sama kerja di Masjid Salman ITB. Opiq adalah rekan kerja suami sekarang.

Kami berempat menyambangi beberapa wisata menggunakan motor. Saya dibonceng suami. Erna dibonceng Opiq. Untuk pencegahan COVID-19, cukup aman bermotoran karena tidak terlalu kontak dengan orang banyak secara intens, ketimbang naik mobil atau kendaraan umum. Walaupun saya nanti akan mengevaluasi ini di paparan selanjutnya.

Rute yang kami lalui adalah Bandung-Puncak-Sukabumi-Sawarna (kemudian menginap di sini)-Geopark Ciletuh-Ujunggenteng (menginap di sini). Untuk jalur pulang, kami menggunakan rute yang berbeda, yakni jalur pantai selatan: Ujunggenteng-Cianjur Selatan-Garut Selatan-Pangalengan-Bandung.

Total perjalanan 665 kilometer, pakek motor. Phew!

Dalam tulisan ini, saya akan fokus ke touring-nya, bukan wisata yang saya kunjungin (silaken cari-cari di MbahGugel aja, yaa, kalau itu). Pertama-tama, saya akan paparkan, apa sih yang bikin asyik dari wisata touring:

Pertama, nuansa adventure dari perjalanan. Berkesan banget!

Touring kemarin bukan kali pertama bagi saya dan suami. Kami pernah touring mengunjungi nikahan kawan kami di daerah Subang yang mendekati Pantura (dimana dialeknya sudah bukan bahasa Sunda lagi). Kami juga pernah touring ke Garut Selatan.

Dari kesemua touring, saya menyimpulkan bahwa lebih suka menaiki motor ketimbang mobil untuk perjalanan jauh. Jadi lebih kerasa dan nyata atmosfir di sekitar. Lebih kerasa nikmat capeknya perjalanan. Hahaa. Walaupun nomor 1 tetep kereta karena bisa nyambi ngerjain ini itu.

Kedua, lebih fleksibel

Karena motor lebih ramping ketimbang mobil, jadi seharusnya lebih mudah menyalip sana-sini. Mudah juga untuk menepi ketika ingin beli ini itu dalam waktu singkat. Untuk menemukan rute-rute alternatif pun lebih mudah. Sukeeu.

Ketiga, mengikis unsur ‘kemanjaan’ dari perjalanan. Berasa menempa diri

Yap. Nggak tau, kalau saya bawaannya kalau liburan itu pengen menempa diri, dengan cara yang asyik. Kalau terlalu nyantai, sama aja nggak sih kayak rebahan di kasur? Hahaa. Kayak ada semacam ingin tetap ada lesson learned dari tiap liburan. Ingin menikmati yang bikin otot dan otak tertantang.

Dengan pakai motor, jadi lebih waspada. Walaupun bukan eykeu yang nyupirin, tapi nyeri pinggang punggung juga mengalami lah yaw.

Keempat, sebenarnya bisa dijadikan ajang ngehemat juga

Itu kalau mostly perjalanan kalian dilakukan dengan gaya backpacker. Kayak pilih hotel nyaman yang affordable, makan juga yang nggak begitu mewah-mewah amat, dan lain sebagainya.

Pantai Sawarna, Banten (Foto: Opiq)
Tebing Panenjoan, Sukabumi. (Foto: Suami)

Lesson Learned

Oh ya, merujuk dari touring kemarin, saya paparkan persiapan yang lebih afdol dilakukan untuk touring. Beberapa kami lakukan, tapi beberapa belum dilakukan (lebih ke arah lesson learned: “kenapa kami nggak mempersiapkan atau melakukan hal-hal ini ya?”).

Motor

Untuk perjalanan yang lebih nyaman (apalagi jarak jauh >500 km): pasang jaring jok motor anti panas. Hal ini supaya pantat pengemudi maupun yang dibonceng nggak panas-panas amat. Ada sirkulasi udara yang bikin nyaman.

Coba juga beli bagasi tambahan di bagian belakang motor, supaya yang dibonceng bisa bersandar ke bagasi kalau capek. Yang nyupirin bisa bersandar ke tas backpack (enaknya sih yang bentuknya compact) yang ditaruh di depan yang dibonceng.

Tentunya si bagasi tambahan ini berguna juga untuk stok bawaan barang lebih banyak lagi, kan.

Oh ya, ujian saat touring adalah ngantuk dan kadang-kadang bosan sama view sekitar. Persenjatai smartphone-mu dengan musik yang bikin kamu cenghar. Atau podcast menarik, sehingga ada beberapa hal yang dapat dipelajari di kala perjalanan.

Saya sempet nyetel podcast Benang Merah (Rara Sekar dan Ben Laksana), episode Cholil & Irma: Wejangan Menjadi Orangtua. Dan juga Thirty Days of Lunch, episode Achmad Zaky on Investment, 996, Ikigai & Innovation.

Packing Pakaian

Untuk packing pakaian, sediakan pakaian (kalau saya: celana, baju terusan, kaos kaki, manset) yang dedicated kotor/buat basah-basahan. Ini terutama ketika kamu akan berwisata ke pantai/trekking/dlsb yang akan dikunjungi lebih sekali.

Kalau kasus saya, pergi ke pantai yang berbeda-beda selama dua hari.

Daripada tiap basah/kotor ganti terus semua pakaian jadi basah/kotor, jadinya nggak enak kan?

Nah, di penginapan, pakaian yang basah/kotor ini bisa dikeringi/dibersihkan/dikucek (bisa juga bawa deterjen sachet cair, tuh) kemudian disetrika/diuapi. Walau nggak usah se-effort ketika nyuci di rumah, yang penting cukup kering dan nggak kotor-kotor amat.

Kemarin saya bawa setrika rumahan, he he. Jadi lumayan banget buat kering-keringin. Saya baru tahu kalau ada pengering pakaian yang praktis dan jauh lebih handy. Tinggal gantungin baju terus dikeringkan pakai alat tersebut. Next, ingin beli dan pakai itu.

Oh ya, ketimbang pakaian-pakaian dilipet-lipet seperti kayak di lemari, supaya hemat tempat bisa si para pakaian ini bisa di-pack pakai teknik gulung. Jadi kusut pastinya, tapi kan ada setrika/pengering sekaligus perapi pakaian (ohoho).

Makanan dan Perbekalan

Untuk makanan, terus terang ini nggak saya persiapkan secara matang. Cuman kalau saran saya, buat sarapan, mending bikin sendiri deh supaya menghemat. Semisal beli roti tawar dan per-selai-an buat sarapan. Atau bawa pasta mentah buat nanti diolah.

Nah, kalau kamu cari penginapan, coba pastikan ada dapurnya yang bisa kamu pakai. Atau ketika memutuskan untuk kemping, jangan lupa bawa kompor portabel.

Kalau ternyata tempat kamu menginap dekat dengan pasar/tukang jualan sayur, nah, bisa juga racik-racik sendiri. Sayangnya di tempat penginapan saya di Pantai Sawarna nggak ada pasar terdekat, tukang sayur hanya keliling di waktu-waktu tertentu. Di Pantai Ujunggenteng ada sih, cuma ya kepincut Nasgor Seafoodnya apa daya, wgwg.

Penginapan, Kemping?

Saya sendiri ketika touring belum pernah kemping. Kalau nggak pulang pergi, biasanya menginap di penginapan.

Oh ya, saya sempat juga tinggi ekspektasi. Biasanya kalau Bandung dan di perkotaan dengan harga Rp100ribu lebih dikit, kamu bisa dapet penginapan berWiFi, sabun sampo udah disediain, cukup bersih pula.

Kalau di Sawarna dan Ujunggenteng, terus terang agak susah. Dari segi layout juga hmm, nggak begitu sreg. Kalau di Sawarna, akhirnya nemu sih yang Rp100ribuan, dengan layout lumayan lah.

Sedangkan di Ujunggenteng, dapet pondokan via internet yang recommended menurutku. Namanya Pondok Nuansa. Layout dan interiornya bagus. Cuman nggak ada WiFi.

Pondok Nuansa, Ujunggenteng. Quite love this simple place.

Jadi, bisa disimpulkan ketika berlibur ke tempat-tempat yang agak jauh dari kota besar — jangan harapkan WiFi. Cukup isi paket internet yang agak besaran dari biasanya.

Kalau kemping, nah belum pernah nyobain, nih. Suami yang udah. Mungkin jatuhnya lebih murah dan lebih kerasa ya nuansa petualangnya.

Protokol Covid-19

Satu hal yang saya nggak lakukan, tapi menurut saya cukup penting, adalah tes rapid sebelum berangkat touring. Supaya bisa tahu keadaan diri kita. Agar kita lebih berhati-hati, siapa tahu kita OTG dan malah menyebarkan virusnya ke orang lain. Kalau OTG, ya mending nggak perlu lanjut liburan kan?

Mohon maaf kali ini belum jadi contoh yang baik soal Covid-19.

Dan ketika di tempat wisata pun, tetap rajin pakai masker. Rajin cuci tangan. Bawa hand sanitizer.

__

Paling segitu dulu, sih, yang baru kepikiran. Kalau teman-teman ada yang sudah touring jarak jauh kemudian mau share, boleh banget.

Kalau ditanya kami mau touring kemana lagi, jawabannya adalah ke Lombok! Semoga Allah mampukan suatu saat kelak. Aamiin.***

--

--

Tristia Riskawati
Tristia Riskawati

Written by Tristia Riskawati

Intuitive writer. Nerd wifey-momma.

Responses (1)