Jangan Salahin Branding!

Apalagi salahin Tukang Pecel Lele walaupun kamu nggak suka Lele :(

Tristia Riskawati
3 min readJul 28, 2020

Karena Lele dipecel adalah hak segala bangsa. Ehee.

Eh. Nggak bahas itu ding.

Jadi gini, geng. Tapi saya nemuin beberapa postingan yang emang nunjukin soal beberapa orang yang justru dikenal orang duluan lewat karyanya atau kredibilitas yang terbukti. Entah menyangkut kasus Jouska dan brandingnya atau enggak.

Gambar dari sini.

Salah satunya adalah postingan Kang Al tentang Albert Einstein, dan postingan Tirto tentang Banksy.

Selama kurang lebih 10 tahun, Einstein bekerja keras mengembangkan teori relativitas dengan menyambi 5 tahun sebagai mahasiswa, 5 tahun lagi sebagai pegawai kantor paten. Jauh dari sorotan media, bahkan dari glamor masyarakat akademik saat itu. Itulah tahun-tahun paling produktif dari seorang Albert Einstein. (Postingan facebook Alfathri Adlin)

Banksy adalah seniman jalanan yang hingga kini identitasnya tak pernah diketahui. Ia dikenal karena berbagai grafiti luar ruangannya yang kerap membawa pesan satire dan menohok terkait politik. (…)

Tak hanya Banksy, ada beberapa seniman lain yang namanya sudah dikenal banyak orang, namun tak pernah jelas seperti apa identitas asli mereka. (Tirto, “Banksy dan Orang-Orang Anonim yang Tersohor”)

Dua cuplikan tersebut sekilas cukup kontras dengan Jouska yang dibilang-bilang punya branding yang kenceng. Jouska dikenal karena branding dan gaya menyampaikan wawasan finansial yang gemash.

Saya nggak akan bicara bedah ‘aib’ Jouska dan lain semacamnya. Tapi, ini soal kecenderungan bisnis, bahkan individu, dalam mencitrakan dirinya.

Ada yang lebih memilih untuk rintis reputasinya lewat rutinitas, sistem operasional yang rapi, serta memastikan sistem fixing bug (penyelesaian masalah) terlaksanakan dengan baik. Reputasinya disebar oleh orang lain yang merasakan jasanya.

Ada pula yang memilih untuk bangun branding yang kenceng terlebih dahulu, sehingga orang-orang berbondong-bondong tertarik membeli jasa atau produk mereka.

Menurutku, Mas Aakar (CEO Jouska) ini emang kecenderungannya demen dan emang jago branding — cuman timnya barangkali nggak ada yang cukup kuat buat backup dari segi credibility building dan compliance handling system-nya.

Mana yang bener dong, Tris? Personally, saya tipe orang yang lebih mrioritasin bangun kredibilitas dan karya ketimbang jor-joran bangun branding. Sesederhana karena saya bukan orang yang bisa jabanin banyak fokus sekaligus. Kudu pilih satu, branding dulu karya dulu (saya pilih karya!).

Tapi, di luar preferensi pribadi, menurutku, yang bener, adalah mereka yang:

Pertama, tahu kecenderungan diri mereka, apakah cenderung suka memprioritaskan membangun kredibilitas, atau mempresentasikan diri/sesuatu seciamik mungkin?

Kedua kecenderungan tersebut netral, jika memang seseorang tahu menempatkannya, tahu mengatur kadarnya supaya produktif, dan tahu kapan kecenderungan ini akan merugikan dirinya dan orang lain.

Yes. Kedua kecenderungan ini fine-fine aja kok, malah bakal oke banget, jika…

Naini, nyambung sama poin kedua: mereka mengetahui kelemahan mereka, sehingga mencari partner profesional yang dapat melengkapi kelemahan mereka.

Kalau kamu orang yang jago branding tapi belepotan di wilayah administrasi dan legalitas — maka cari rekanyang jago di bidang itu. Supaya permasalahan-permasalahan menyangkut kinerja dan kredibilitas dapat diselesaikan efektif dan efisien oleh partnermu

Kalau kamu orang yang jago berkreasi dan tekun kerja, cari orang yang bisa bantu kamu dari segi branding — supaya jasamu terpakai dan menjangkau orang-orang yang memang membutuhkan.

Be mindful of your truly self.

Jangan salahin branding.

Jangan berkecil hati jika kamu suka branding, mentang-mentang kasus Jouska lagi naik dan orang mempertanyakan keabsahan branding. Yaa, asalkan nggak somseu dan bisa cari partner buat lengkapi kekurangan kamu.

Jangan memarjinalkan orang-orang yang suka branding, buat kamu yang muak dengan branding. Apresiasi kecenderungan itu, kritisi (atau bahkan lengkapi) kekurangan-kekurangan mereka.

Jangan juga kebawa branding. Selalu pelihara kewarasan dan kekritisan nalarmu.

Sekian.

Kalau masih bingung kamu jago branding apa kaga, just check instagram.com/te.mali, wgwg. Buat ikutan asesmen minat bakat. #ujungujungnyapromosi

--

--

Tristia Riskawati
Tristia Riskawati

Written by Tristia Riskawati

Intuitive writer. Nerd wifey-momma.

No responses yet