apakah teknologi (termasuk dunia maya) bikin kita makin ‘tempe’?

Kita — terperdaya, atau memberdayakan teknologi?

Tristia Riskawati
Tristia Riskawati

--

Hmmmm, tempenya kok nampak enak? (Photo by Ella Olsson on Unsplash)

Beberapa bulan yang lalu, Yorga, membagikan post Instagram ihwal buku-buku favoritnya di sepanjang 2023. Kudapati, ada buku favoritnya yang kubaca dan kusukai juga.

Judulnya Digital Minimalism, karya Cal Newport. Bagiku, buku ini cukup ‘ekstrem’ menyarankan bagaimana posisi kita seharusnya terhadap teknologi dunia maya.

Gambar dari tylerdevries.com

Cal Newport sendiri nggak punya akun media sosial apapun. Hahaa. Berapa banyak coba, teman kita yang nggak punya akun media sosial — di era di mana segala aktivitas sosial di dunia maya bisa jadi keutamaan dan perlu bagi sebagian besar orang?

Bukan berarti, Om Newport di bukunya nggak memperbolehkan kita main media sosial sama sekali. Beliau juga malah memaparkan studi-studi kasus positif beberapa pengguna media sosial. Tapi, yang membedakan dengan orang biasa adalah mereka menggunakannya on purpose, terjadwal, dan sangat paham konsekuensi negatif plus navigasi efek buruknya bagaimana.

Aku sendiri menamati dan mengalami betul bagaimana teknologi bisa ‘menjajah’ orang-orang terdekatku. Bahkan diriku sendiri.

Beberapa kecanduan game online. Beberapa anak punya gangguan tumbuh kembang karena screen time terlalu dini dan terlalu lama dipaparkan. Belum lagi teknologi dan inovasi yang memudahkan, tapi nyatanya malah merusak tubuh dan lingkungan. Seperti inovasi ultra processed food (UPF) yang malah mendominasi pangan utama manusia kini. Dlsb.

Aku sendiri punya tendensi untuk jadi lebih ‘malas’ dan berpikir ‘hmmm, sepertinya kemampuanku untuk memahami konsep secara matang makin turun’ — ketika aktivitas membaca buku mulai tertinggalkan dan lebih asyik mengonsumsi konten sekilas-sekilas dari media sosial yang kurang komprehensif.

Photo by camilo jimenez on Unsplash

Lantas, trik supaya nggak terperdaya teknologi, bagaimanakah?

Jujurly, aku pun masih belum tau betul menyoal solusi.

Yang jelas, secara pribadi — aku berupaya untuk mengelola konsumsiku terhadap teknologi-teknologi yang ada. Aku berupaya untuk lebih belajar lagi efek positif dan negatif dari teknologi yang kugunakan. Kayak ‘OK, too much medsos bikin kamu males baca buku — padahal baca buku bikin kamu lebih bisa paham esensi lebih matang’.

Aku sendiri kepingin lebih menyeringkan baca buku — walau tipe bacaku slow reader.

Aku sendiri berharap, sistem pendidikan negeri mendorong siswa didik untuk lebih berpikir konseptual, abstraksi yang oke, serta memiliki nalar kritis tanpa kehilangan adab. Supaya generasi-generasi penerus bangsa pun dapat menggunakan teknologi dengan lebih baik lagi. Aamiin.

__

Oh ya, aku dan Yorga sendiri berbalas esai dalam buku kompilasi duetku lho, di Percakapan2 Panjang Seusai Kelas! Temanya juga tentang teknologi😀

Jika rekan-rekan tertarik membeli bukuku, sila pesan sesuai info di bawah ya! Atau langsung klik bit.ly/PesanP2SK

--

--