aku dan rinduku pada gunung.

kangen, kangen, kangen.

Tristia Riskawati
Tristia Riskawati

--

Photo by Ari Saaski on Unsplash

Kalau disuruh pilih, mending dikasih jatah liburan gratis di Paris selama sepekan dengan akomodasi hotel mewah — atau dikasih private trip gratis ke Gunung Rinjani — tentu pilihanku jatuh kepada yang terakhir⛰️❤️.

Secinta itu aku dengan gunung.

Bagi yang belum merasakan nagihnya naik gunung — barangkali akan kurang related. Tapi semenjak 2009 aku mulai mendaki puncak pertamaku (Tangkuban Parahu), kemudian dilanjut beberapa puncak gunung bertahun-tahun setelahnya (Burangrang, Guntur, Geulis, Sikunir, dan Putri) — aku merasakan betul nikmatnya rasa lelah dan kepuasan dari proses menjamahi gunung-gunung tersebut.

Atau barangkali, beberapa individu secara nature-nya punya elemen yang berbeda-beda. Sehingga keterkaitan dengan unsur alam pun akan berbeda. Ada yang memang dapat energi ketika di laut (aku sendiri nggak, malah gampang ngantuk wgwg). Aku yakin jika energiku terkalibrasi secara pas dengan nuansa hutan dan gunung. Terbukti ketika setelah hiking/trekking di hutan/gunung, setelahnya walau capek tapi kok malah terasa sekali segernya! Masyaallaah.

Masih ingat dulu ngos-ngosan setiap kali naik tangga untuk ke lantai 3 ke atas. Semenjak menggunung, rasanya mudah naik tangga di gedung. Termasuk kalau sedang santai aku mengupayakan naik tangga sampai ke lantai 6 gedung @pwk.itb supaya menjaga staminaku.

Untungnya suami sendiri punya kesukaan yang sama, suka ngebolang. Suami sendiri mendaki lebih banyak puncak gunung dariku.

Memang puncak-puncak yang kudaki masih tergolong cupu. Takdir menahanku untuk menjeda rencana-rencana menggunungku. Termasuk Papandayan, termasuk Gede, termasuk Slamet, termasuk impianku sejak zaman puber mengenal hiking: Rinjani 🥹🥹🥹.

Semoga ada rezeki dana, waktu, dan ridha Allah aku bisa bersilaturahim dan mengkalibrasikan diriku, suami, dan bahkan anak-anakku kelak pada gunung-gunung indah di Indonesia.

Aamiin ya rabbal aallamiin.

--

--